Nora adalah tokoh utama dalam Rumah Boneka, orang menganggap kehidupannya hampir sempurna dengan perlakuan yang begitu manis dan dimanja dari suaminya, Torvald Helmer. Namun demikian, kenyataannya berbeda karena ia merasa tidak mengenal suaminya sendiri, mereka hanyalah seperti dua orang asing yang hidup bersama.
“Nora : Kita ini sudah kawin selama delapan tahun sekarang. Adakah terpikirkan olehmu bahwa ini adalah yang pertama kalinya, kita berdua, kau dan aku, suami dan istri, membicarakan yang serius?
Helmer : Apa yang kau maksud dengan serius?
Nora : Selama delapan tahun ini – lebih lama dari itu – dari sejak paling awalnya kita berkenalan, kita belum pernah bertukar kata mengenai suatu apa pun yang sifatnya serius.
Helmer : Apakah mungkin seperti aku yang terus-menerus dan selalu katakan kepadamu mengenai kesulitan-kesulitan yang kau tidak dapat bantu aku untuk menanggungnya?
Nora : Aku tidak lagi bicara tentang hal-hal bisnis. Aku katakan, bahwa kita tidak pernah duduk bersama-sama dengan sungguh-sungguh untuk mencoba dan membicarakan sesuatu sampai ke pokoknya.”
Salah satu topik permasalahan yang terdapat dalam naskah drama Rumah Boneka adalah sebuah dilema yang dihadapi Nora, di antara kebohongan yang harus ia pertahankan atau kebahagiaan yang dapat ia raih. Awal dari dilema Nora ini dimulai dari masalah yang ia ciptakan sendiri, yaitu meminjam uang dari Krgostad. Dalam perkawinannya, Torvald melarang Nora untuk melakukan beberapa hal, seperti tidak boleh memakan makaroon, tidak boleh ada yang menjahit di dalam rumah, harus menghias pohon natal sesuai dengan keinginannya, harus menari tarian Tarantula seperti keinginan Torvald dan tidak boleh meminjam uang.
Di antara semua larangan yang dibuat Torvald, sebenarnya banyak yang sudah dilanggar Nora, namun hanya yang berkaitan tentang meminjam uang yang dapat terbongkar. Semuanya berawal dari kedatangan Christine Linde, teman baik Nora yang sudah lama tidak berkunjung. Pada kunjungannya itu, Christine meminta Nora untuk mencarikan kerja untuknya, dan sebuah ketidaksengajaan, Torvald sedang membutuhkan seorang karyawan. Ternyata, jabatan yang akan diisi oleh Christine adalah jabatan Krogstad di bank. Namun demikian, Krogstad tentunya tidak ingin kehilangan jabatannya dan ia pun mengancam Nora untuk mengembalikan jabatannya, bila tidak, Krogstad akan membongkar semua rahasia Nora. Di balik kebohongan itu, sebenarnya uang yang dipinjam dari Krogstad, sebenarnya merupakan uang yang digunakan untuk perjalanan ke Italia dalam masa penyembuhan Torvald.
“Krogstad : Itu karena Anda tidak punya kemauan; tetapi aku punya cara untuk memaksa Anda.
Nora : Kau tidak bermaksud bahwa kau akan menceritakan kepada suamiku bahwa aku pinjam uang dari Anda?”
Di balik ancaman ini, Nora memiliki dua pilihan yang sangat berpengaruh untuk masa depan kehidupannya. Pertama, ia bisa terus berbohong kepada Torvald dan membantu Krogstad untuk mendapatkan jabatannya kembali di bank, atau ia dapat berkata yang sebenarnya dan menerima segala konsekuensi yang di berikan oleh Torvald.
Dari masing-masing pilihan itu, Nora memiliki kebebasan untuk memilih, tetapi ia harus memilih yang lebih baik untuk dirinya, atau yang ia anggap lebih baik. Nora juga harus memikirkan konsekuensi dan akibat dari pilihannya, baik yang bermanfaat atau tidak menguntungkan.
Pilihan pertama Nora adala untuk mempertahankan rahasia yang sudah ia simpan selama bertahun-tahun. Dalam pilihan ini, Nora harus membantu Krogstad untuk mendapatkan jabatannya kembali, tidak peduli bagaimana caranya. Tetapi, suatu masalah besar yang harus dihadapi Nora adalah mempertahankan pernikahannya yang tidak bahagia. Memang, orang pasti menanggap kehidupannya itu sangat romantis, bahagia dan penuh dengan keceriaan, karena perlakuan Torvald kepadanya.
Bahkan Torvald memanggil-manggil Nora dengan beragam panggilan sayang, seperti burung murai, tupai kecil, dsb. Selain itu, Torvald juga memanjakan Nora dengan membantunya dengan Tarian Tarantula, menghias pohon natal, mengajaknya menari dan hal-hal yang dianggap romantis untuk kehidupan rumah tangga.
“Helmer : (berseru dari dalam ruangannya) Apakah yang berkicau di luar burung murai yang kecil iut?
Nora : (sibuk membuka beberapa bingkisan) Ya, betul!
Helmer : Apakah itu tupaiku yang selalu sibuk itu?
Nora : Ya.
Helmer : Kapan pulangnya tupaiku?
Nora : Baru saja…”
Dengan mempertahankan pernikahannya, ia akan memiliki image sebagai seorang ibu dan istri yang baik dan tidak melawan kemauan suaminya. Pada masa itu, hal ini sangat diutamakan, khususnya ketika drama ini ditulis, pada abad ke-XIX yang juga disebut sebagai Abad Viktoria, abad penuh kemunafikkan. Dimana, harga diri suami dan nama baik keluarga merupakan hal yang harus diutamakan, karena kemunafikkan masyarakatnya yang luar biasa.
Apabila ia ingin mendapatkan kebahagiaan yang selalu ia dambakkan, ia harus rela untuk melakukan pengorbanan yang sangat besar dan beresiko. Untuk mengatakan kebenarannya, Nora harus memiliki keberanian untuk mengungkapkannya kepada Torvald. Selain itu, ia harus mau menerima konsekuensinya, dengan meninggalkan rumah itu, berserta suami dan ketiga anaknya. Memang hal ini merupakan titik puncak dari konsekuensinya, tetapi bila ia benar-benar ingin berkehendak seperti itu, ia harus rela.
Keuntungan yang ia dapat dari pilihannya yang ini adalah Nora pastinya dapat memiliki kebebasan, untuk bertindak, memilih, makan, dan apapun yang ia inginkan. Bukan hanya itu, ia pastinya juga akan terlepas dari sangkar emas atau rumah boneka pernikahannya. Dengan memiliki kebebasan, Nora bukan lagi merupakan sebuah boneka, burung murai, ataupun tupai milik Torvald. Ia hanyalah Nora, seorang wanita yang tidak menikmati hidupnya selama delapan tahun lamanya, tidak memiliki kebebasan maupun kepribadian.
- Kesimpulan
Dari antara kedua pilihan yang dimiliki Nora, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan kebahagiaan, dengan berkata jujur kepada Torvald tentang semua perasaan yang telah ia pendam dan rahasia yang telah ia kubur selama bertahun-tahun. Pada akhirnya ia harus meninggalkan rumah, serta suami dan ketiga anaknya. Memang ini merupakan pilihan yang berat bagi Nora, tetapi ia dapat melaluinya dengan perasaan yang puas karena ia tahu bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya sedang menantinya di luar sana.
Secara keseluruhan, walau Nora mengalami dilema yang sangat membingungkan, ia berhasil untuk menentukan jalan hidupnya, seusai dengan apa yang telah ia harapkan dan nanti-nantikan. Walau Torvald sangat tidak menyetujui karena ia berpendapat berbeda.
“Helmer : Ini tidak pantas bagi seorang perempuan seusiamu itu! Tetapi juka agama tidak dapat membimbingmu jadi lurus, biarkan aku coba membangkitkan kesadaranmu itu. Aku kira kau punya pengertian moral? Atau – jawablah aku – apakah aku harus menganggap bahwa aku tak punya itu?”
“Helmer : Kau ini bicara seperti anak kecil. Kau tidak mengerti kondisi-kondisi dunia di mana kau hidup.”
“Helmer : Kau sakit, Nora;kau mengigau; aku hampir mengira kau ini sudah gila.”
Bagaimanapun juga, Nora tetap memilih sesuai keinginannya karena ia berani mengambil keputusan sesuai keinginannya, tidak memilih berdasarkan keinginan orang lain.
http://www.norwegia.or.id/culture/literature/drama/drama.htm
Henrik Ibsen. Rumah Boneka. Halaman 141-142
Henrik Ibsen. Rumah Boneka. Halaman 47
Henrik Ibsen. Rumah Boneka. Halaman 5
Henrik Ibsen. Rumah Boneka. Halaman 147-148
Henrik Ibsen. Rumah Boneka. Halaman 148
Henrik Ibsen. Rumah Boneka. Halaman 148