I.B. Indonesian World literature 1

Authors Avatar

WORLD LITERATURE 1                PANJI WICAKSONO

                CQV937(000790-026)

INDONESIAN A1

WORLD LITERATURE 1

TITLE:

Pelecehan terhadap perempuan oleh kaum lelaki tidaklah menghilangkan semangat hidup mereka melainkan memacu untuk menjadi independen

        

CANDIDATE’S NAME: PANJI WICAKSONO

CANDIDATE’S NUMBER CQV937(000790-026)

WORD COUNT: 1,513 words

Dalam esai ini saya akan membahas kehidupan dua orang tokoh wanita dari dua karya sastra yang berbeda zaman dan latar belakangnya. Mereka berdua menghadapi masalah yang sama yaitu, perlakuan tidak adil, bahkan kadangkala mendapat penindasan secara fisik dan mental oleh kaum lelaki. Dua karya tersebut adalah novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi dari mesir, dan Rumah Boneka karya Henrik Ibsen dari Norwegia. Dalam menghadapi permasalahan, masing karakter menunjukkan sikap yang berbeda namun pada intinya sama, yaitu bahwa mereka tidak akan bertekuk-lutut terhadap keinginan kaum lelaki terutama bila harga diri mereka dilecehkan. Kaum perempuan sesungguhnya mempunyai mentalitas yang kuat, mempunyai perasaan dan juga mempunyai pemikiran yang berharga. Mereka menjadi terpacu untuk mandiri dan mengubah hidup mereka agar mampu menjadi wanita yang lebih independen bilamana ditekan terus-menerus.

Novel pertama yang akan dibahas adalah Perempuan di Titik Nol dengan tokoh utamanya bernama Firdaus. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup Firdaus yang keras karena pelecehan, baik secara fisik maupun mental yang dialaminya sejak dari kecil sampai ia dewasa. Di keluarganya, Firdaus diperlakukan sebagai orang yang tak ada harganya, sehingga sewaktu dia masih kecil Firdaus mengira bahwa nasib perempuan memang begitu. Bermula dari keluarganya ia terbiasa melihat wanita melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dan oleh ayahnya. Setiap makan malam, ayahnya dululah yang harus makan bersama anak laki-lakinya dan barulah ibunya dengan anak-anak perempuannya. Mereka pun hanya mendapatkan sisa-sisa yang ada, karena itu Firdaus seringkali pergi tidur dengan merasa kelaparan. Sementara ayahnya selalu tidur dengan perut penuh dan sering kali terdengar suara sendawa ayahnya menandakan kekenyangannya. Pada waktu Firdaus masih kecil ia sering diberi tugas untuk mengambil air dari sumur dengan kendi tembikar yang berat. Terkadang dia akan merasakan sakit di lehernya karena beratnya tembikar tersebut.

Join now!

Pengeksploitasian terhadap Firdaus di keluarganya bukan hanya saja oleh ayahnya, namun juga diluar rumah oleh teman sepermainannya juga. Dia mempunyai teman dekat bernama Muhammadain. Firdaus sering kali diajak oleh Muhammadain untuk bermain ‘suami-istri’ dengannya. Karena keluguan Firdaus, ia tidak melihat bahwa pelakuan Muhammadain tersebut salah, bahkan dianggapinya wajar saja. Demikian juga setelah orangtuanya meninggal, ia ikut pamannya dan kemudian disekolahkan. Barulah setelah Firdaus berada di sekolah melihat bahwa dunia itu tidak seperti yang dianggapnya selama ini. Wanita juga diperbolehkan belajar, sama seperti kaum lelaki. Malahan, Firdaus lulus dengan nilai tertinggi disekolahnya karena dia gemar sekali untuk belajar dan membaca ...

This is a preview of the whole essay