Security Pattern In Asia Pacific. Pada variable security pattern ini Tavares membaginya dalam tiga tahapan yaitu conflict formation, security arrangements, dan security community.

Authors Avatar by ziegheilsand (student)

Security pattern

Pada variable security pattern ini Tavares membaginya dalam tiga tahapan yaitu conflict formation, security arrangements, dan security community. Conflict formation terjadi ketika dalam satu wilayah terjadi interdependensi yang disebabkan oleh fear, rivalitas, dan mutual perception of threat. Dengan adanya interdependensi ini, maka  kawasan  yang bericirkan conflict formation ini cenderung untuk saling berkonflik satu sama lain karena tingginya dilemma keamanan di antara masing-masing negara. Sementara itu, pada tahap security regimes, di antara masing-masing Negara dalam masih menganggap satu sama lian sebagai ancaman potensial, tetapi di antaranya telah membuat pengaturan keamanan untuk mengurangi dilemma keamanan. Selanjutnya, pada tahap pluralistic security community, Negara-negara dalam suatu kawasan tersebut sudah tidak lagi berpikiran untuk menggunakan kekuatan militer terhadap tetangganya satu sama lain.

Untuk menentukan pada tahap mana pola keamanan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik ini bukanlah sesuatu yang sederhana. Luasnya cakupan wilayah ini yang meliputi beberapa regional security complex (RSC, meminjam istilah Buzan dan Waever), seperti Asia Tenggara, Asia Timur, Australia dan Oseania, serta perbedaan karakteristik mendasar diantara masing-masing RSC tersebut, memberikan kesulitan tersendiri dalam melihat kondisi pola keamanan secara umum yang terjadi dalam kawasan Asia Pasifik ini. Di Asia Tenggara, tahapan yang sudah dicapai cenderung pada pertengahan antara security regime dan security community, jika dilihat dari intensifnya kerjasama di bidang keamanan di antara masing-masing Negara di wilayah tersebut, terutama dengan dicanangkannya visi ASEAN Community 2015. Namun, menyatakan Asia Tenggara sudah di tahapan ini bukan berarti tidak bermasalah jika dilihat dari beberapa konflik-konflik kecil di antara masing-masing Negara dan stagnasi yang dihadapi oleh ASEAN sebagai salah satu pengaturan keamanan di Asia Tenggara memberikan masalah tersendiri dalam melihat tahapan yang terjadi di RSC tersebut. Sementara itu, di RSC lain seperti Asia Timur, hamper dapat dipastikan bahwa tahapan yang terjadi di kawasan ini masih termasuk dalam conflict formation. Ketegangan dan persaingan militer yang terjadi antar Negara yang dinamikanya terjadi sejak lampau memberikan satu kerentanan tersendiri bagi stabilitas RSC Asia Timur pada khususnya, maupun kawasan Asia Pasifik pada umumnya.

Dari sini dapat dilihat bahwa menemukan pada level mana pola keamanan di Asia Pasifik terjadi saat ini merupakan hal yang cukup rumit. Namun pada bagian ini akan dijelaskan kondisi actual Asia Pasifik saat ini berdasarkan cirri yang terdapat dalam ketiga tahapan tersebut. Selanjutnya, pada bagian ini akan dilihat pula pada level mana pola keamanan di Asia Pasifik saat ini dengan melihat pada tahapan mana terdapat cirri-ciri paling signifikan.                                                                

Conflict formation

Pada tahap ini kondisi Asia Pasifik diwarnai oleh berbagai ketegangan yang merupakan warisan dari Perang Dunia II dan Perang Dingin. Kondisi ketegangan ini terutama terdapat di RSC Asia Timur yang diwarnai oleh berbagai ketegangan di antara masing-masing negaranya. Hubungan Korea Utara dengan Jepang yang dilatarbelakangi dendam lama penjajahan Jepang dan perbedaan ideologis, hubungan duo Korea yang merupakan warisan dari Perang Dingin dan Perang Korea, dan hubungan Jepang dan China yang merupakan warisan Perang Dingin dan Perang Dunia II merupakan formasi konflik tradisional yang mewarnai kawasan Asia Pasifik di RSC Asia Timur. Sementara ketegangan yang tejadi perihal sengketa Laut China Selatan yang terjadi antara China dan beberapa Negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Filipina, dan Vietnam, memberikan sinyalemen tersendiri bahwa Asia Pasifik masih rentan terhadap konflik dan dilemma keamanan.

Join now!

 

Ketegangan hubungan antara Jepang dengan Korea Utara dilatarbelakangi oleh pendudukan Jepang terhadap Korea Utara pada tahun 1910 sampai 1945. Tindakan militeristis Jepang masih “melukai” perasaan rakyat Korea Utara sampai saat ini. Hal itu menyebabkan hubungan kedua negara tidak pernah membaik. Persoalan hubungan kedua negara semakin besar karena ketidaksetujuan Korea Utara terhadap adanya pangkalan militer Amerika Serikat di wilayah Jepang. Korea Utara menganggap keberadaan militer AS tersebut sebagai sebuah ancaman bagi keamanan Korea Utara. Persepsi itu dilatarbelakangi oleh ketegangan antara Korea Utara dengan AS, yaitu terkait isu kepemilikan dan pengembangan persenjataan nuklir Korea Utara. Bahkan bagi AS, Korea Utara merupakan ...

This is a preview of the whole essay